Uncertainty and Imperfection

Ada dua hal yang pasti di dunia ini yaitu: Ketidakpastian dan Ketidaksempurnaan.
Seperti sebuah adagium: ketidakpastian itu suatu hal yang pasti, atau dalam kalimat lain satu-satunya yang pasti dalam hidup ini adalah tidak adanya kepastian.

Ketidakpastian dan ketidaksempurnaan adalah dua hal yang membuat kehidupan manusia penuh warna dan penuh rasa. Dari dua hal itu juga manusia mencipta makna tentang kehidupan yang mereka jalani. Termasuk kamu dan aku. Kita punya makna sendiri tentang hidup yang kita jalani, tentang segala warna dan rasa yang datang silih berganti.

Satu-satunya cara untuk berdamai dengan dua hal tersebut adalah penerimaan. Sayangnya menerima itu ngga mudah, meski pada akhirnya tetap bisa menerima tapi prosesnya begitu panjang bahkan mungkin melelahkan, karena ngga mudah bukan berarti ngga bisa, sulit bukan berarti ngga mungkin.

Menerima bahwa ketidakpastian dan ketidaksempurnaan adalah hal yang pasti dalam kehidupan memang kadang ngga mudah bagi beberapa orang, tapi ada juga banyak orang yang dengan ringan langkah menerima apapun yang sudah menjadi paket komplit kehidupannya. Setiap manusia memang berbeda dan punya cara uniknya sendiri untuk bertahan dan melalui setiap waktu yang dimilikinya.

Ngga perlu memaksakaan saat memang dirasa sulit untuk bisa menerima, terlebih hal-hal yang tidak menyenangkan bahkan menyakitkan. Semua butuh waktu, butuh proses butuh kesadaran, karena hidup juga butuh untuk berjalan perlahan, ngga kebut-kebutan atau penuh dengan paksaan.

Ngga mengapa kalau memang ngga bisa menerima, jangan memaksakan, jiwa manusia sangat wajar untuk merasa lelah, hati manusia wajar untuk merasa lemah, sama saja, itu juga bagian dari paket komplit kita sebagai manusia. Karena ngga ada manusia yang sempurna, apalagi manusia yang pasti sempurna.

Ketidakpastian akan banyak hal membuat hati sering merasa dagdigdug dan membuat kepala selalu penuh dengan prasangka dan pertanyaan. Tentang apapun yang ada di dunia ini, terlebih yang menjadi bagian dari diri dan kehidupan ini.

Ketidaksempurnaan membuat hati merasa murung dan tak berharga, membuat kepala memikirkan banyak prasangka, membuat diri lupa kalau ketidaksempurnaan itu adalah sebuah kepastian yang ngga bisa disangkal oleh siapapun. Ketidaksempurnaan diciptakan Tuhan untuk menjaga keseimbangan, membuat dua jiwa manusia bersatu untuk saling melengkapi, saling merangkul dan saling membutuhkan.
Ketidaksempurnaan membuat manusia tidak ada yang ‘paling’ karena semuanya memiliki porsi masing-masing.

Kepastian dan kesempurnaan adalah dua hal yang tidak akan pernah manusia miliki. Adalah dua hal yang sia-sia jika dijadikan landasan dan tujuan dalam hidup ini.

Menulis ini bukan berarti aku sudah khatam dan mahir dalam penerimaan, malah aku sedang berada di fase sulit untuk menerima banyak hal, termasuk di dalamnya ketidakpastian dan ketidaksempurnaan. Setidaknya, tulisan ini menjadi pengingat untuk diri sendiri agar aku tidak menyerah, meski rasanya sungguh sangat lelah.

Menulis ini bukan berarti aku sok bijak menceramahi siapapun yang membaca ini, lagi-lagi ini hanya dialog diri yang tak berani kusampaikan pada siapapun selain diri sendiri. Walau tulisan ini bisa dibaca siapa saja, tapi aku yakin, yang membaca ini bukan orang yang mudah menghakimi.

Aku juga ingin berterima kasih pada blog ini, sudah menjadi kawan sejati untuk menjadi tempat mencurahkan segala isi hati, dan untukmu yang sering membaca di sini, terima kasih dari hati.

Semoga apapun yang terjadi di setiap hari, menjadi bekal kita untuk bisa berbenah diri. Untukmu yang sedang berjuang setengah mati melalui hari demi hari, percayalah kamu pantas untuk bahagia hari ini dan nanti.

4 thoughts on “Uncertainty and Imperfection

Leave a comment